rollertext("Life is like a roller coaster ride. Hang on tight!") rollertext

Tuesday, 18 August 2009

SERUAN BAGI PARA SALAFIYIN BAHWA DAKWAH SALAFIYAH ADALAH DAKWAH YANG BIJAK

Banyak sekali belakangan ini seorang yang mengatasnamakan salafi, salafi dan salafi tapi apa sikap beliau telah mengikuti pemahaman para salafussaleh. Mereka mengaku aku salafi tapi mereka jauh dari sikap kelemah lembutan. Mereka (mengaku salafi) mentakfir, mentabdi, mentahdzir dengan kata-kata kasar yang membuat orang lain pun enggan menerimanya walaupun yang dikatakan itu benar, dikarenakan cara penyampaian yang salah.
Bagaimanakah sikap para salafussaleh bersikap dan berdakwah terhadap sesama muslim? Apakah mereka berkata-kata kasar? Berikut petikan hadis Rasullullah tentang cara bersikap dan penyampaian kebenaran:

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Muslim yang baik adalah muslim yang tindakanya membuat orang lain selamat. Hr. Bukhari
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada suatu amal perbuatan pun dalam timbangan yang lebih baik daripada akhlak yang baik. Hr. Abu dawud dan Tirmidzi
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki dan saling bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari. (Shahih Muslim No.4641)
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya. (Shahih Muslim No.4697)

Saya pribadi menghimbau agar para salafiyin agar bijak dalam bardakwah. Kenapa saya katakan demikian, banyak sekali para salafiyin yang berdakwah menyakiti hati sesama muslim dengan berdakwah yang terlalu extrime dan tidak memakai pendekatan pendekatan terlebih dahulu. Sekarang banyak sekali kaum muslimin yang membenci dakwah salafi dikarenakan mereka terlalu extreme dalam berdakwah, ini sudah merusak image dakwah salafi yang hanif dan bijak. Maka berdakwahlah dengan bijak dandengan pendekatan pendekatan hati ke hati.

Berikut ucapan ucapan Ulama Khibar (senior) menyikapi bagaimana cara berdakwah:

1. Faqihuz Zaman Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata memberikan penjelasan siapakah salafiyun ahlus sunnah itu :
السلفية هي اتباء منهج النبي صلى الله عليه و سلم وأصحبه لأنه مَن سلفنا تقدموا علينا, فاتباعهم هو السلفية. وأما اتخاذ السلفية كمنهج خاص ينفرد به الإنسان ويضلّل من خالفه من المسلمين ولو كانوا على حقّ فلا شك أن هذا خلاف السلفية.
“Salafiyyah adalah ittiba’(penauladanan) terhadap manhaj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya, dikarenakan mereka adalah salaf kita yang telah mendahului kita. Maka, ittiba’ terhadap mereka adalah salafiyyah. Adapun menjadikan salafiyyah sebagai manhaj khusus yang tersendiri dengan menvonis sesat orang-orang yang menyelisihinya walaupun mereka berada di atas kebenaran, maka tidak diragukan lagi bahwa hal ini menyelisihi salafiyyah!!!”
لكن بعض من انتهج السلفية في عصرنا هذا صار يضلل كل من خالفه ولو كان الحق معه واتخاذها بعضهم منهجا حزبيا كمنهج الأحزاب الأخرى التي تنتسب إلى الإسلام وهذا هو الذي ينكر ولا يمكن إقراره.

“Akan tetapi, sebagian orang yang meniti manhaj salaf pada zaman ini, menjadikan (manhajnya) dengan menvonis sesat setiap orang yang menyelisihinya walaupun kebenaran besertanya. Dan sebagian mereka menjadikan manhajnya seperti manhaj hizbiyah atau sebagaimana manhaj-manhaj hizbi lainnya yang memecah belah Islam. Hal ini adalah perkara yang harus ditolak dan tidak boleh ditetapkan.”
Syaikh melanjutkan lagi :
فالسلفية بمعنى أن تكون حزبا خاصا له مميزاته و يضلل أفراده سواهم فهؤلاء ليسوا من السلفية شيء. وأما السلفية التي هي اتباع منهج السلف عقيدة وقولا وعملا واختلافا واتفاقا وتراحما وتوادا كما قال النبي صلى الله عليه و سلم ((مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم كمثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر)). فهذه هي السلفية الحقة.
“Jadi, salafiyah yang bermakna sebagai suatu kelompok khusus, yang mana di dalamnya mereka membedakan diri (selalu ingin tampil beda) dan menvonis sesat selain mereka, maka mereka bukanlah termasuk salafiyah sedikitpun!!! Dan adapun salafiyah yang ittiba’ terhadap manhaj salaf baik dalam hal aqidah, ucapan, amalan, perselisihan, persatuan, cinta kasih dan kasih sayang sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
((مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم كمثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر))
“Permisalan kaum mukminin satu dengan lainnya dalam hal kasih sayang, tolong menolong dan kecintaan, bagaikan tubuh yang satu, jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka seluruh tubuh akan merasa demam atau terjaga.
Maka inilah salafiyah yang hakiki!!!”.
Inilah salafiyah yang disebutkan oleh Faqiihuz Zaman al-Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullahu. Yaitu salafiyah pada segala sisi, baik aqidah, amalan, persatuan, akhlak dan sebagainya. Adapun salafiyah yang membawa bendera fanatik pada ustadznya, menjadikannya sebagai landasan di dalam wala’ dan baro’, menyalahkan dan menvonis sesat siapa saja yang menyelisihinya, bersikap keras lagi kaku, maka ini bukanlah salafiyah sama sekali. Terutama dari masalah akhlaq, banyak para pengklaim sebagai salafiyun yang paling sejati akhlaqnya tidaklah menunjukkan kesalafiyahannya sama sekali, padahal salafiyah di dalam masalah berakhlaq adalah :
هم أحسن الناس أخلاقاً وأكثرهم حلماً وسماحة وتواضعاً، وأحرصهم دعوة إلى مكارم الأخلاق ومحاسن الأعمال من طلاقة الوجه، وإفشاء السلام، وإطعام الطعام، وكظم الغيظ، وكف الأذى عن الناس واحتماله منهم، والايثار والسعي فى قضاء الحاجات، وبذل الجاه في الشفاعات، والتلطف بالفقراء، والتحبب إلى الجيران والأقرباء، والرفق بالطلبة واعانتهم وبرهم، وبر الوالدين والعلماء، وخفض الجناح لهما قال تعالى: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم:4) وقال صلى الله عليه وسلم:"أثقل شئ فى الميزان الخلق الحسن" صحيح رواه الإمام أحمد.
“Mereka adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling banyak bersikap lembut, lapang dan tawadhu’-nya. Mereka adalah yang paling bersemangat berdakwah menyeru kepada akhlak yang mulia dan amal yang paling bagus, dengan wajah yang ceria, menyebarkan salam, memberikan makan, menahan marah, menghilangkan kesusahan manusia, mendahulukan kepentingan kaum muslimin dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Mereka senantiasa mengerahkan daya upaya di dalam menolong mereka, bersikap lembut dengan fakir miskin, bersikap kasih sayang terhadap tetangga dan kerabat, lemah lembut dengan penuntut ilmu, menolong dan berbuat kebajikan kepada mereka, berbakti kepada orang tua dan ulama dan memelihara kedua orang tua (di waktu tuanya). Alloh Ta’ala berfirman :
 وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya pada dirimu (Muhammad) terdapat akhlak yang agung” (al-Qolam : 4) dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
((أثقل شئ فى الميزان الخلق الحسن))
“Sesuatu yang paling berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” Shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad.”
Oleh karena itu hendaklah kita semua saling introspeksi diri, saling menasehati di dalam kebenaran dan takwa dan saling bekerja sama di dalam kebajikan dan ketakwaan. Kewajiban Ahlus Sunnah saat ini adalah :
ولا شك أن الواجب على أهل السنة في كل زمان ومكان التآلف والتراحم فيما بينهم، والتعاون على البر والتقوى. وإن مما يؤسف له في هذا الزمان ما حصل من بعض أهل السنة من وحشة واختلاف، مما ترتب عليه انشغال بعضهم ببعض تجريحاً وتحذيراً وهجراً، وكان الواجب أن تكون جهودهم جميعاً موجهة إلى غيرهم من الكفار وأهل البدع المناوئين لأهل السنة، وأن يكونوا فيما بينهم متآلفين متراحمين، يذكر بعضهم بعضاً برفق ولين.
“Tidak ragu lagi, bahwa kewajiban Ahlus Sunnah di setiap zaman dan tempat adalah saling bersatu dan menyayangi di antara mereka serta saling bekerja sama di dalam kebajikan dan ketakwaan. Dan suatu hal yang sungguh disayangkan pada zaman ini adalah, apa yang terjadi pada sebagian Ahlus Sunnah berupa pertikaian dan perselisihan, yang berimplikasi pada sibuknya mereka satu dengan lainnya di dalam mencela, mentahdzir dan menghajr. Padahal seharusnya mereka kerahkan seluruh kesungguhan mereka ini dan mereka tujukan kepada selain mereka dari kaum kuffar dan ahlul bid’ah yang senantiasa memusuhi Ahlus Sunnah. Mereka seharusnya menjalin persatuan dan kasih sayang dan saling mengingatkan satu sama lainnya dengan kelemahlembutan dan cara yang halus.”
2. Syaikh kami yang mulia, al-Muhaddits al-Ashr al-Mujaddid al-Faqih Muhammad Nashirudin al-Albani -Rahimahullah- di dalam kaset Silsilah al-Huda wan Nur ash-Shouthiyah no 784 side A, sebagai berikut :
"Syuf (perhatikan) wahai saudaraku! Aku menasehatkanmu dan para pemuda lainnya yang berada di jalan munharif (menyeleweng) sebagaimana tampak pada kami, wallahu a’lam, untuk tidak membuang-buang waktumu untuk mencela satu dengan lainnya dan sibuk dengan mengatakan fulan begini dan fulan berkata begitu. Dikarenakan, pertama, hal ini tidaklah termasuk ilmu sama sekali, dan yang kedua, uslub (cara) ini akan merasuk ke dada dan menyebabkan kedengkian serta kebencian di dalam hati.
Wajib atasmu menuntut ilmu!!! Karena ilmulah yang akan menyingkapkan apakah perkataan ini yang mencela Zaid atau fulan dari manusia dikarenakan dirinya memiliki banyak kesalahan, apakah berhak bagi kita untuk menyebutkan shohibul bid’ah atau mubtadi’ ataukah tidak?? Apa yang harus kita lakukan dengan mendalami perkara ini?? Aku tidak menasehatkanmu untuk mendalami seluruh perkara ini dengan benar-benar, karena hakikatnya kita sekalian sedang mengeluhkan perpecahan ini yang terjadi di tengah-tengah orang-orang yang berintisab (menisbatkan diri) pada dakwah Al-Kitab dan As-Sunnah, atau sebagaimana kita menyebutnya, Dakwah Salafiyah.!!!
Perpecahan ini, wallahu a’lam, penyebab utamanya adalah dorongan jiwa yang memerintahkan kepada keburukan (an-Nafsul ammarah bis suu`) dan bukanlah perselisihan pada sebagian pemikiran. Inilah nasehatku. karena telah sering aku ditanya, 'apa pendapatmu tentang fulan?', dan aku langsung faham bahwa ia (penanya) orang yang memihak atau memusuhi. dan terkadang orang yang ditanyakan adalah diantara saudara-saudara kita terdahulu yang dikatakan dia menyimpang, maka kami bantah penanya tersebut, apa yang engkau inginkan terhadap fulan dan fulan??
Berlaku luruslah sebagaimana engkau diperintahkan! Tuntutlah ilmu! Dengan ilmu engkau akan dapat memilah-milah mana yang thalih dan mana yang shalih, mana yang bathil dan mana yang haq!!! Kemudian janganlah engkau ini mendengki terhadap saudara seislam dikarenakan ia jatuh kepada beberapa kesalahan. Kami tidak mengatakan salah, namun kami katakan ia menyimpang dalam satu, dua atau tiga perkara, dan perkara lainnya ia tidak menyimpang.
Kita dapati para Imam Ahli Hadits yang menerima haditsnya (orang yang menyimpang) dan disebutkan di dalam riwayatnya ia khariji atau murji`i atau lainnya. Ini semua adalah aib dan kesesatan, namun diperoleh pada timbangan tersebut yang mereka berpegang teguh padanya. Kita tidak menimbang beratnya keburukannya dari kebaikan-kebaikannya atau dua atau tiga keburukannya terhadap banyaknya kebaikannya, dan yang terbesar adalah syahadat Laa ilaaha illa Allah wa Muhammad Rasulullah."
3. Syaikh al-Allamah Sholih Fauzan al-Fauzan -hafizhahullahu- berkata saat pengajian tentang Aqidah dan Dakwah (III/69) sebagai berikut :
"Diantara kerusakan-kerusakan perpecahan yang demikian ini adalah mengakibatkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin, disebabkan disibukkannya mereka satu dengan lainnya dengan mentajrih (mencela) dengan gelar-gelar yang buruk. Tiap-tiap mereka menghendaki memenangkan diri mereka dari yang lainnya dan merekapun menyibukkan kaum muslimin dengan perihal mereka. Yang mana hal ini menjadi melebihi mempelajari ilmu yang bermanfaat. Sesungguhnya banyak dan banyak dari para penuntut ilmu yang bertanya sampai kepada kami bahwa semangat dan kesibukan mereka hanyalah memperbincangkan manusia dan kehormatan mereka, baik di majelis-majelis maupun perkumpulan mereka, sembari menyalahkan ini dan membenarkan itu, memuji ini dan menyatakan itu sesat... Tidaklah mereka ini disibukkan melainkan hanya memperbincangkan manusia.."

Syaikh al-Allamah ditanya saat pengajian tentang Aqidah dan Dakwah (III/57) sebagai berikut :
Pertanyaan : "
Syaikh yang mulia, apakah nasehatmu bagi para pemuda yang meninggalkan menuntut ilmu syar’i dan berdakwah kepada Allah dengan menceburkan dirinya ke dalam masalah perselisihan diantara pada ulama tanpa ilmu dan bashirah??
Jawaban:
"Aku nasehatkan kepada seluruh saudara-saudaraku dan khususnya para pemuda penuntut ilmu agar mereka menyibukkan diri dengan menuntut ilmu yang benar, baik di Masjid, sekolah, ma'had maupun di perkuliahan. Agar mereka sibuk dengan pelajaran-pelajaran mereka dan apa-apa yang bermashlahat bagi mereka. Dan supaya mereka meninggalkan menceburkan diri kepada perkara ini -perselisihan ulama-, dikarenakan tidak ada kebaikannya dan tidak bermanfaat masuk ke dalamnya... hanya membuang-buang waktu saja dan merisaukan fikiran...
Hal ini termasuk penghalang amal shalih, termasuk mencela kehormatan dan menghasut kaum muslimin. Wajib bagi kaum muslimin umumnya dan para penuntut ilmu khususnya, supaya meninggalkan perkara ini dan agar mereka mengupayakan perdamaian (ishlah) semampu yang mereka bisa. Allah Ta'ala berfirman,
'Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah kedua golongan saudara kalian tersebut, bertakwala’h kepada Allah semoga engkau dirahmati." (al-Hujurat : 10).
Terhadap orang-orang yang anda lihat melakukan kesalahan, maka wajib bagi anda menasehatinya dan menjelaskan kesalahnnya secara empat mata, dan memohon kepadanya agar ia mau ruju’ (kembali) kepada kebenaran. Inilah yang dibutuhkan nasehat.
Syaikh Hafizhahullahu berkata saat pengajian Zhahiratut Tabdi’ wat Tafsiq wat takfir wa Dhawabithuha, sebagai berikut :
"Oleh karena itu, wajib bagi para pemuda Islam dan penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat dari sumbernya dan dari ahlinya yang dikenal akan keilmuannya. Kemudian setelah itu, mereka akan tahu bagaimana berbicara dan bagaimana meletakkan sesuatu pada tempatnya, karena Ahlus Sunnah dulu maupun sekarang mampu menjaga lisannya dan mereka tidaklah berucap melainkan dengan ilmu.."
Syaikh Nashir bin Abdul Karim al-Aql -hafizhahullahu- berkata saat pengajian Syarh Mujmal I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai berikut :
"Orang-orang beriman seluruhnya adalah wali Allah dan bagi seluruh mukmin diberikan wala’ (loyalitas) sebatas tingkat keimanannya, demikian pula sebaliknya (diberikan baro’ah (kebencian/berlepas diri) sebatas tingkat kemaksiatannya, pent.).
Orang-orang kafir, seluruhnya adalah wali Syaithan dan tidak ada wala’ sedikitpun bagi orang kafir. Akan tetapi, mukmin yang bermaksiat, diberikan baro’ah kepadanya menurut kadar kemaksiatannya, demikian pula para pelaku bid’ah dari kaum muslimin, diberikan baro’ah menurut tingkat kebid’ahannya, dan bagi mereka wala’ sebatas keimanannya. Oleh karena itu, sesungguhnya orang kafir tidak terkumpul padanya wala’ dan baro’ sekaligus.
Seorang mukmin yang kholish (murni) yang berjalan di atas As-Sunnah, baginya wala’ dan kecintaan yang sempurna. Jika ditemukan padanya kemaksiatan atau kebid’ahan maka terkumpul padanya dua perkara: yaitu kita berwala’ terhadap kebaikan dan iman yang dimilikinya dan kita membenci terhadap kemaksiatan dan kebid’ahannya. Dengan demikian, mayoritas kaum mu’minin pelaku kemaksiatan dan kebid’ahan yang tidak sampai mengeluarkan dari agama... mayoritas mereka... bahkan seluruhnya dari para pelaku kemaksiatan dan bid’ah yang kecil, bagi mereka kecintaan dan wala’ sebatas keimanan dan amal shalih yang ada pada mereka serta baro’ dan kebencian sebatas kemaksiatan dan kebid’ahan mereka.
Kaidah ini jarang dipegang oleh kebanyakan orang-orang yang lemah ilmunya dan dangkal pemahaman agamanya serta bodoh dengan manhaj salaf, sampai-sampai sebagian orang yang mengaku sebagai salafiy juga jatuh kepada hal ini, yaitu mereka memusuhi bid’ah dengan permusuhan yang kamil (sempurna), walaupun terkadang bid’ahnya tidak sampai tingkatan mengeluarkan pelakunya dari agama, dan terkadang pula kebid’ahan tersebut hanya sebagian kecil saja tidak menyeluruh pada seseorang. Sebagaimana pula mereka memusuhi kemaksiatan dengan permusuhan sempurna, atau memusuhi suatu penyelewengan dan kesalahan dengan permusuhan yang sempurna.
Sekarang kita perhatikan dampak dari penerapan perilaku ini, yang marak terjadi di tengah-tengah Ahlus Sunnah, yang menimbulkan keprihatinan dan percekcokan di dalam permasalahan agama, perkara Ijtihadiyah dan seputar dakwah kepada Allah. Kita dapatkan mereka saling berselisih tentang hal ini dan menerapkan kepada musuh dan lawan mereka sesama Ahlus Sunnah, baro’ah yang sempurna, sampai mereka membenci mereka, memperbolehkan menjelekkan mereka, menyebarkan aib mereka, mereka berniat karena Allah mendakwahi lawan mereka namun mereka menyebarkan aib mereka dan mentahdzir mereka.
Hal ini menyelisihi ushul (pokok) syariat. Iya memang, jika mereka melakukan kesalahan diperingatkan kesalahan-kesalahannya, namun tetap dengan mengakui keutamaan dan kemampuan yang mereka miliki. Ini adalah perkara dharuri (yang wajib dilakukan) atau jika tidak, akan timbul fitnah di tengah-tengah kaum muslimin.
Demikian pula seorang yang menyimpang, wajib diberitahukan padanya, bahwa dirimu selaras dengan kebenaran dalam perkara yang memang benar dan dirimu menyelisihi kebenaran dalam perkara yang memang menyelisihi kebenaran. Dan janganlah mengobarkan kebencian di dada-dada kaum muslimin satu dengan lainnya sebagaimana cara yang dilakukan oleh orang-orang bodoh tadi. Bahkan saya katakan, (hal ini) tidak terlarang, di sini aku contohkan sedikit... termasuk tabiat dan adab islami jika anda berselisih dengan salah seorang saudara anda dan anda memandang ia melakukan kesalahan atau kebid’ahan yang cukup besar, anda memberikannya udzur setelah anda tidak mampu lagi memuaskan dirinya (dengan dalil), dan senantiasa berwala’ seraya mengatakan 'aku mencintaimu karena Allah terhadap kebaikan dan kelurusan yang anda miliki'... (hal ini) tidak terlarang!!!
saudara-saudaraku yang kucintai karena Allah, hingga sampai-sampai jika ditemukan padanya kesalahan... (maka tidak apa-apa melakukan sebagaimana contoh di di atas, pent.)... yang dengan cara ini akan mendamaikan hati dan menghilangkan kebencian dan kedengkian yang dimiliki kaum mu’minin satu dengan lainnya. Sampai-sampai orang-orang bodoh tadi melupakan baro’ kepada orang kafir dan pelaku bid’ah yang berat, dimana mereka palingkan nash-nash tentang baro’ kepada saudara-saudara mereka. Aku takut mereka akan ditimpa -jika mereka tidak mau taubat dan kembali kepada kebenaran dan manhaj yang lurus- sebagaimana yang disifatkan nabi kepada salah satu kelompok ahli bid’ah, 'yang mereka ini memerangi ahlul islam dan membiarkan ahlul awtsan (penyembah berhala)' yang datang dari hadits shahih ketika mensifatkan sebagian kelompok ahli bid’ah.
Tentu saja, baro’ yang kamil (sempurna) merupakan jalan kepada peperangan. Seorang manusia yang baro’ kepada saudaranya muslim dengan baro’ yang sempurna berimplikasi terhadap penghalalan darahnya. Walaupun tidak terjadi saat ini saat ini, namun wajib bagi kita untuk berhati-hati dari sikap yang dapat mengeruhkan keadaan ini.
Kita perlu tahu bahwa Ahlus Sunnah terkadang berselisih diantara mereka, terkadang ditemukan pada sebagian Ahlus Sunnah kesalahan pada manhajnya, akan tetapi tanpa maksud/kesengajaan -dikarenakan ijtihad-, terkadang pula ditemukan pada mereka ketergelinciran yang besar, akan tetapi tanpa kesengajaan yang tidak menyebabkan mereka berpecah belah, dan terkadang pula didapatkan pada sebagian Ahlus Sunnah suatu kebid’ahan, namun tidak banyak dan tidak termasuk bid’ah yang kategori berat.
Namun, tetap wajib bagi kita menyalahkan terhadap kesalahan yang ada pada mereka, namun kita harus tetap menganggap mereka, mencintai dan berwala’ terhadap mereka dari perkara-perkara yang benar jika mereka termasuk Ahlus Sunnah.
Wallahu a’lam. Semoga Sholawat senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabat-sahabatnya."

Wassalam
Meraji dari: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Maktabah Abu salma

0 comments: